Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki

Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki -Amalan Wali, Setiap diri pribadi yang terperi pasti akan merindukan sebuah perjuampaan dengan sang Kekasihnya. Dengan menemukan diri untuk menjadikan diri yang sejati dan penghambaan dengan Sang kholik, dibutuhkan sebuah Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki untuk menggapainya. Murnikan diri biar terlarut dalam lautan cinta-Nya.

Amalan Wali jangan pernah berkata tidak mungkin. karena sesuatuny adalah mungkin bagi-Nya dan jangan pernah menduakanya.Karena sejatinya kecintaan yang sesungguhny ada pada proses penghambaan kita.Mari temukan diri yang sebenarnya dan bermetamorfosislah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah.

Info judul yang aktif : Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki

Artikel yang terkait


Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki



Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki

Thariqah adalah :

- Pertama, 
untuk meningkatkan kedudukan atau maqamatil ‘ubudiyyah secara individu, sehingga sadar dan meningkatkan kesadaran apa saja kewajiban-kewajiban yang diperintah oleh Allah dalam meningkatkan taat kepada syari’atillah yang disertai khidmah (pengabdian) kepada Allah Ta’ala. 

- Kedua, 
 meningkatkan ketaatan dan khidmahnya kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang disertai mahabbah (cinta) kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. 

- Ketiga, 
mengetahui dan mengerti thariqah sebagai pengantar menuju jalan Allah dan Rasul-Nya. 

- Keempat, 
thariqah adalah menghasilkan buah bernama tasawwuf dalam rangka tashfiyatul quluub (membersihkan hati) wa tazkiyatun nufus (menyucikan jiwa). Penyakit hati diantaranya dengki atau hasad, sombong (takabbur), riya’, dan lupa kepada Allah serta lupa kepada Rasul-Nya. Sehingga, menyebabkan individu tidak mencapai maqamatil ihsan karena iman yang ada di qalbu (hati) cahayanya (yang sebenarnya mampu menerangi rongga-rongga hati, kedua mata, kedua telinga, mulut, tutur kata, kedua tangan, dan kedua kakinya, serta membersihkan darah yang banyak mempengaruhi pertumbuhan fisik organ tubuh dari sebab darah yang kotor tersebut mampu mempengaruhi kejernihan pola pikir), menjadi gelap atau keruh yang akhirnya bisa berpengaruh dan menjadi sebab terjadinya kesempitan dan ketidak jernihan dalam menafsirkan Al Quran, Hadits, dan perkataan salafuna ash-shalihin (dalam nasehat atau kitabnya).

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan suatu alat ialah wudlu’ dengan air atau tayammumdengan debu untuk menjadi sarana bersuci. Akan tetapi, karena wudlu tersebut kurang mampu menembus bathiniyahnya, sehingga wudlu’ tersebut hanya bagian syarat shalat dan lainnya, dari yang wajib sampai yang sunnah. Apabila wudlu’ tersebut mencapai bathiniyahnya, semua yang diwudlui akan mempengaruhi jiwa dan badannya, sebab menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak terpuji di sisi Allah dan Rasul-Nya. Bila kita mau berpikir, alat pembersih badan adalah air, mulai dari mandi biasa sampai mandi besar serta wudlu’. Tubuh kita secara fisik telah dibersihkan dengan air tersebut. Dihitung mulai dari per hari mandi berapa kali, wudlu berapa kali, cuci muka berapa kali, sampai alat-alat rumah tangga sangat memerlukan peranan air. 

Pertanyaannya, berapa kalikah kita setiap hari mencuci hati? Sadar atau tidak, bila kita tidak mandi satu hari, dua hari, atau tiga hari, dan tidak berganti pakaian, secara logika tidak betah karena bau yang ada pada dirinya atau pakaiannya. Bagaimana bau hati kita yang tidak pernah dicuci?
Tebalnya kotoran hati tersebut tidak bisa kita bayangkan!!! Akan tetapi, Allah Ta’ala Maha Pemurah. Seandainya Allah Ta’ala tidak menutupi bau tersebut, jangankan lagi orang lain, dirinya sendiri tidak mampu menahan baunya, tiada satu alat yang mampu untuk membersihkan hati itu semua terkecuali thariqah, yang mana isinya dari mulai istighfar, shalawat, dan dzikir khususnya. Apabila melihat keterangan tersebut di atas, maka wajib hukumnya masuk thariqah. Akan tetapi, kalau sekadar belajar untuk aurad (dzikir/wiridan), menambah nilai ibadah, maka sunnah hukumnya masuk thariqah.

Thariqah mempunyai jalur silsilah, artinya kalimah thayyibah yang diamalkan mempunyai silsilah atau sanad dari guru mursyidnya sampai kepada Rasulullah SAW dan Allah Ta’ala. Dari silsilah tersebut yang melalui para pembesar para walinya, dari Allah dan Rasul-Nya, maka mengalir madaad (anugerah), al-fuyuudl al-asraar, rahasia dan asrar, dan beberapa rahasia yang sampai kepada para murid atau para muriidiin. Dari sebab madaad tersebut, sangat berpengaruh mendorong mencapai kepada wushul artinya sampai tujuan kepada Allah, an ta’budallaha ka-annaka taraah, fa in lam takun taraahu, fa innahuu yarak (Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka kamu merasa dilihat-Nya). Dari situ bisa meningkatkan maqamatil ‘ubuudiyyah sebagaimana tersebut di atas, sehingga akan menjadi sebab hamba Allah tersebut selamat dari ke-suu-ul khatimah-an. Wallahu A’lam.

Penulis : Syukron Ma’mun, S.Pd.
• Disampaikan oleh Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya kepada Pengurus Muslimat Thariqah Jawa Timur




Sekian ulasan Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki - dari Amalan Wali kali ini.

Mari blajar bersama untuk menjadi yang lebih baik lagi. Dan jadikan diri ini sebagai diri yang penuh manfaat bagi orang lain. Jangan biarkan syetan dan godaan dunia ini menggelincirkan kita kelak nanati. Dan melalu media Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki semoga kita dapat menggambil hikmah dan nilai manfaatnya.Dan ikutilah selalu portal Amalan Wali, jangan lupa untuk komentar dibawahya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berdamai dengan Diri Melalui Thariqah Menuju Kedamaian Hakiki "

Posting Komentar